Imran Firasat, Pembunuh yang Memutilasi Korbannya, Membuat Film Anti Islam


Imran Firasat merupakan buron interpol, sebagai tersangka pelaku pembunuhan dan mutilasi terhadap Victor Rizki Wibowo, pengusaha pembuat website yang menjadi rekan bisnisnya.

Victor dilaporkan hilang oleh istrinya, Selvi Magdalena pada tanggal 16 Juni. Tetapi 8 hari kemudian, Viktor ditemukan sudah menjadi jenazah dalam kondisi terpotong-potong, di jalan tol Jakarta-Cikampek di dekat pintu keluar Dawuan, Karawang, Jawa Barat, pada  24 Juni 2010. 

Setelah diselidiki, ternyata rekan bisnisnya yaitu, Imran Firasat, merupakan otak pembunuhan dan mutilasi tersebut. Istri Firasat, Linna Serachman dan kekasih Firasat, Triana, keduanya diduga kuat membantu pembunuhan berencana tersebut. 

Imran Firasat, tersangka pembunuh yang memutilasi korbannya,
Viktor Rizky Wibowo, sebagai 'karya pertamanya'

Setelah membunuh, Imran Firasat (32) memotong-motong jenazah korban, Viktor Rizky Wibowo (27), menjadi tiga bagian. Potongan jenazah dimasukkan dua koper besar. Kedua koper lalu dibuang ke Karawang, Jawa Barat. Dengan paspor palsu, Imran Firasat kemudian kabur ke Barcelona, Spanyol. 

Triana ditangkap di rumah kos di Pajetan, Jogyakarta, pada Juli 2010. "Berbekal informasi dari Triana, kami mengejar Imran. Kami kalah cepat. Dia sudah di pesawat yang hendak meluncur ke Barcelona, 18 Juli 2010," tutur Jerry.

Polisi kemudian mengungkap, Imran Firasat dibantu oleh Triana, membunuh dan memutilasi Viktor. Tiga hari setelah diculik, Imran Firasat menuntut keluarga korban uang tebusan Rp 300 juta.

Setelah keluarga korban mentransfer uang Rp 50 juta, mereka mendesak Imran Firasat agar mereka bisa mendengar suara Viktor. Imran Firasat menolak. Keluarga korban pun menolak mentransfer uang tebusan sisanya. "Tersangka menolak karena korban sudah dia bunuh," kata Jerry.

Pengadilan menghukum Triana penjara sembilan tahun, sedang istri tersangka, Linna Serachman, dihukum setahun delapan bulan karena mengurus membuat paspor palsu untuk Imran Firasat.

Jerry mengatakan, awalnya Imran Firasat minta tolong Viktor membuat website promosi delapan restoran Firasat. Bersama Triana, Viktor datang ke rumah Viktor di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di lantai dua Viktor dipukul dan ditikam pisau.

Selvi (24, tengah) istri Victor, yang menjadi korban mutilasi Firasat

Imran Firasat dan Triana, kemudian membawa jenazah ke kamar mandi bawah. Jenazah dimutilasi, dibersihkan, dan dimasukkan dua koper. Potongan jenazah dibawa ke rumah yang ditinggali Linna di kawasan Perumahan Viktoria, Bumi Serpong Damai, Tangerang.

Potongan jenazah dipindahkan dari kedua koper, dan disimpan di lemari pendingin (freezer) besar. "Dia punya banyak freeser untuk menyimpan daging. Kan dia punya delapan restoran yang menu utamanya daging," ujar Jerry. 

Imran Firasat yang masih tercatat sebagai warganegara Pakistan, diketahui melarikan diri ke Spanyol, pada tanggal 18 Juli 2010. Sejak itu, Polda Metro Jaya telah mencatat namanya masuk dalam daftar merah Interpol.

Imran Firasat: Buron Interpol
Perburuan Imran Firasat itu, menurut Kepala Satuan Kejahatan dengan Kekerasan Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Nico Afinta, awalnya menemui kesulitan mengendus jejak Firasat. "Dia sering berpindah kota," katanya. Selain kabur ke Cordova, Imran Firasat pernah bersembunyi di Madrid dan Barcelona. Di Barcelona, polisi sempat kehilangan jejak.

Menurut Darma Panna Wibowo, ayah Viktor, jejak Imran Firasat terlacak di Barcelona pada 25 September lalu. Keberadaannya terdeteksi setelah Firasat chatting dengan kekasihnya, Triana (20 th). Polisi pun segera bertindak.

Saat Imran Firasat telah ditangkap oleh pihak kepolisian Spanyol di Cordova, dan akan dideportasi ke Pakistan setelah melalui sidang deportasi di Spanyol, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Sutarman pernah meminta pihak kepolisian Spanyol untuk membawa singgah Imran Firasat Sulaeman ke Indonesia terlebih dahulu. 

"Begitu sampai di sini, kami tangkap," kata Sutarman di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (6/1/2011). 

Indonesia sendiri belum memiliki perjanjian ekstradisi secara bilateral dengan Spanyol. Karena itulah, Kepolisian Spanyol tidak bisa mengirim Imran Firasat langsung ke Indonesia. Namun, karena Kepolisian RI sering bekerja sama dengan kepolisian-kepolisian luar negeri, termasuk Kepolisian Spanyol, sehingga diharapkan bisa membawa Imran Firasat ke Indonesia.

Tetapi  harapan itu pupus setelah pemerintah Spanyol kalah oleh tekanan pihak ektrimis Kristen. 

Kasat Kejahatan dengan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Nico Afinta, Rabu (6/4), didampingi Kanit 2, Ajun Komisaris Jerry Siagian dan sejumlah penyidik, menyatakan:

Pengadilan Tinggi Spanyol menolak permintaan Indonesia mengekstradisi tersangka pembunuh berencana, Imran Firasat Sulaeman, (32). Meski demikian Polda Metro Jaya tidak menyerah dan menunggu peluang tersangka bisa ditangkap di negara lain. Untuk itu, Polri menerbitkan peringatan, red notice (serupa daftar pencarian orang), terhadap Firasat.

Nico mengatakan, pengadilan tinggi Spanyol menolak ekstradisi Imran Firasat antara lain karena adanya ancaman hukuman mati. "Perundangan mereka menolak menyerahkan warganegaranya yang terancam hukuman mati ke pihak lain," tutur Nico.

Imran Firasat pun tidak jadi dideportasi ke Pakistan, apalagi mampir ke Indonesia, bahkan ia hidup bebas di Spanyol.

Selanjutnya ia menjadi ikon kristen ekstrimis di Spanyol, ikon Islamophobia, menyebarkan kebodohan dirinya, miskonsepsi dan kebencian terhadap Islam melalui situsnya mundosin. Terry Jones, bahkan menyebutnya sebagai wakil dia di Spanyol, is our representative in Spain, to raise an awareness of the dangers of Islam to Western Civilization.  

Dan tidak heran, sebagaimana pastor Terry Jones telah membakar Al-Qur'an, maka Imran Firasat pun pada Februari 2012, pernah membuat petisi untuk melarang Al-Qur'an di Spanyol. Haha… padahal tanpa Islam di Spanyol… Eropa dan Barat masih dalam Era Kegelapan.

Imran Firasat & mentornya, Pastor Terry Jones, dengan 'karya keduanya'

Dan sekarang, ia bertambah menuruti kebodohan dirinya, dengan tutor dari Terry Jones, ia membuat film bodoh dan murahan, The Innocent Prophet: Life of Muhammad.

Karena kebodohan film ini, bahkan Ali Sina, sebagai sesama dari bagian industri Islamophobia pun mengingkarinya, berkomentar dalam atlassrugs (dan mengulas di org.nya), bahwa slide show itu sepenuhnya fiksi, hanya berisi kebohongan, bahwa Terry Jones dan Imran Firasat hanya tukang pencari perhatian. 


Tidak ada komentar: