Nabi Musa, Taurat & PB adalah Syariah Islam


(Ini adalah tulisan terakhir dari rangkaian tulisan Kenapa Nama Yakub menjadi Israel. Mohon dibaca secara berurutan dari yang pertama, kedua, dan ketiga)

Sebenarnya sejak zaman Nabi Musa, beliau telah menyatakan bahwa kaumnya (yang saat itu masih lebih dikenal sebagai bani Israel), adalah kaum yang tegar tengkuk, suka memberontak. “Ambilah kitab Taurat ini dan kamu masukkan kedalam Tabut perjanjian YHWH Tuhanmu supaya menjadi saksi disitu terhadap kamu! Sebab aku mengetahui pemberontakan dan tegar tengkukmu! Lihatlah pada saat ini, sementara aku masih bersamamu, kamu telah memberontak melawan YHWH. Dan terlebih lagi sesudah aku mati!” (Ulangan 31:27).

Nah, benar... apalagi setelah beliau wafat!

Yang ada adalah berbagai cerita seperti disebutkan dalam Bibel, yaitu antara ketaatan, kesesatan, kepatuhan, penyimpangan, pemberontakan bani Israel kepada Tuhannya, kepada ajaran Taurat Musa, kepada risalah para nabi sesudahnya, bahkan para nabi juga banyak yang dibunuh. 

Tabut telah hilang, Taurat Musa maupun kitab para nabi sesudahnya “ada diantara pena dusta para penulisnya” seperti disinggung dalam Yeremia 8:8.

Maka sangat benar bila YHWH menyatakan bahwa Israel telah gagal menetapi perjanjian yang dibuat dengan para leluhurnya. YHWH melalui nabi Yeremia telah menyatakan bahwa pada suatu masa kedepan akan membentuk suatu perjanjian baru untuk bani Israel, suatu perjanjian yang “bukan seperti”, atau cukup berbeda dengan ajaran-aturan-tatacara (syariah) nabi Musa. (Yeremia 31:31-33).

(31) “Lihatlah hari-hari itu akan tiba,” firman YHWH, “bahwa Aku akan mengikat suatu perjanjian baru dengan keluarga Israel dan dengan keluarga Yehuda.” 
(32) “Bukan seperti perjanjian yang telah Aku ikat dengan leluhur mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir, yang terhadap perjanjian-Ku ini, mereka telah melanggarnya, walaupun Aku telah menjadi  suami bagi mereka,” firman YHWH.


Membaca Taurat (wiki)
Kemudian disebutkan bahwa: (33) “Aku akan meletakkan taurat-Ku dalam batin mereka, dan Aku akan menuliskannya di dalam hati mereka, dan Aku akan menjadi Tuhan mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.”

Jadi, Taurat (sebagai kitab suci) itu pun tidak lagi sebagai gulungan Sefer Torah yang untuk membaca dan menyimpannya kembali penuh ritual yang sangat merepotkan. Tetapi sebagai kitab yang mudah dibaca dan disimpan, bahkan bisa disimpan dalam batin, ditulis dalam hati, yang berarti bisa dibaca tanpa teks atau dapat/ bahkan mudah dihafalkan. Ini semua satu-satunya di dunia hanya bisa terpenuhi sebagai kitab suci Al-Qur’an.

Demikian pula Taurat (sebagai syariah), sebagai perjanjian baru seperti disebut dalam ayat 31-32 diatas, tentu menjadi lebih mudah diamalkan karena lebih ringan daripada syariah yang diajarkan melalui nabi Musa. Hal ini bahkan telah terindikasi sejak zaman Samuel dan Yesaya kemudian sampai ke zaman Mikha, dimana YHWH telah menolak kurban bakaran. Yang diinginkan YHWH hanyalah dengarkan suara-Nya, turuti perintah-Nya. 

Kurban-kurban bakaran telah dipandang sebagai kesia-siaan, bahkan sebagai kekejian, yang disukai adalah kemurahan, pengenalan akan Tuhan. (1 Samuel 15:22; Yesaya 1:11-15; Yeremia 7:21-26; 11:4; Hosea 6:6; Mikha 6:6-8). [maka hanya buang waktu saja dari rabi di  ais.com menggunakan Yehezkiel 37:26-28 untuk menanti datangnya mesias ++]. 

Oleh karena itu sangat jelas bahwa perjanjian baru yang akan dibuat bukan yang menambah berat seperti dalam Yudaism Halakhah Mitzvah 613 dengan semua ragi Farisi kewajiban Talmud-nya.

Bukan pula disalah artikan dengan membuat kitab bernama kitab PB  dan  sebagai perjanjian baru dalam Ibrani 8:8-13 dengan semua ajaran pendirinya yang harus diikuti (Paulus, I Kor.11:1), yang menghilangkan sama sekali syariah nabi Musa. 
  
Tapi perjanjian baru yang tanpa kehilangan jejak dari syariah nabi Musa, yaitu, masih tetap harus bersunat sebagai kewajiban bagi siapapun yang mengaku sebagai penyembah Tuhannya Abraham; tetap masih ada kurban (aqiqah dan idul adha) sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, untuk berbagi pada sesama dll., yang bisa dilaksanakan disetiap komunitas, bukan lagi  sebagai kurban bakaran yang sia-sia pada satu tempat khusus; masih ada hukum halal haram dll., sebuah perjanjian baru yang lebih ringan dan sekaligus sebagai kesempurnaan way of life syariah Islam. 

Setelah adanya perjanjian baru tersebut, maka: “...masing-masing mereka tidak akan lagi mengajar sesamanya, seorang terhadap saudaranya, dengan mengatakan: Kenallah akan YHWH karena mereka telah mengenal Aku, dari yang terkecil sampai yang terbesar diantara mereka,” firman YHWH, karena Aku akan mengampunkan kesalahan kepada mereka dan tidak akan mengingat dosa-dosa mereka lagi.” (Yeremia 31:34).

Hal ini berarti semua orang besar kecil, tua muda, dapat mengenal, memanggil, berdoa, beribadah, menyebut nama Tuhannya dengan benar dan jelas: Allah Subhanahu wa Ta’ala, Ar-Rahman, Ar-Rahim, dll dari 99 Asmaul Husna (angka 99 bukan batasan jumlah Nama-Nya).



Bukan lagi memanggil nama Tuhan yang tanpa nama, yaitu The Name/ Hashem, atau menjadi Yudaism-Hashemites. Atau memanggil Tuhan sebagai Tuhan bernama Tuhan Bapa. Ataupun memanggil nama Tuhan dari 4 huruf  YHWH yang tak bisa lagi disebut dengan benar (semua dari berbagai kemungkinan vokalisasi dengan menambahan huruf vokal yang ada, tidak satupun bisa dipastikan dan diyakini kebenarannya. Bahkan 4 huruf tersebut pun masih diperdebatkan kebenarannya, maupun apa benar itu sebagai nama Tuhan). 

Hilangnya pengucapan yang benar dari YHWH (yang diklaim ada sebanyak 6.823 dalam PL, dan sebagai nama Tuhan), yang bahkan telah mau menjadi Baal diantara berbagai Baal, kemudian setelah itu berganti menjadi suami/ Ishi (Yer: 31;32; Hosea 2:16, ), ini sungguh bukti nyata bahwa YHWH telah menceraikan bani Israel.

Maka telah digenapi apa yang dinubuatkan oleh nabi Yesus yang dikatakan kepada bani Israel Samaritan, bahwa akan datang waktunya bagi bani Israel harus tidak lagi menyembah Tuhan yang ada di gunung Gerizim Samaria ataupun di Moria Yerusalem; akan datang waktunya harus tidak lagi menyembah Tuhan tribal Israel, tapi harus menyembah Tuhan Internasional yang datang dari Arab (lih: Yoh 4:21).  

Keselamatan dari Tuhannya Abraham untuk bani Israel yang awalnya datang melalui jalur khusus Ishak-Israel-Yahudi telah berakhir (lih: Yoh 4:22; Mat 21:43). Mene, mene, tekel: Engkau telah dihitung, ditimbang dan ternyata kurang, maka harus menggabungkan diri untuk keselamatanmu melalui jalur internasional Ismael-nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. 

Dan menjadi jelas pula kenapa nabi Yakub sendiri sebagai bapaknya bangsa Israel, dalam Kejadian 49:10, juga telah mewasiatkan bahwa setelah Shiloh, yaitu Nabi Muhammad datang, maka kekuasaan dan hukum menjadi miliknya, maka bani Israel bahkan semua bangsa harus taat padanya. 

Penggabungan jalur keselamatan dari nabi Ishak-bani Israel-Yahudi kepada jalur keselamatan nabi Ismael-nabi Muhammad saw., ini juga berarti sebagai penggenapan Zefanya (3:9), sehingga semua manusia tidak lagi hidup dalam kutukan menara Babel (Kejadian 11:1-9), tetapi bisa bahu membahu beribadah, menyembah kepada Tuhan Yang Satu, dengan arah dan bahasa yang sama dari seluruh dunia, berkiblat ke Kabah di Makkah dan dengan bahasa Arab.

Maka berdasarkan 3 tulisan sebelumnya dan tulisan di atas, terjawab sudah kenapa nama Yakub harus menjadi Israel dan memang benar sebagai suatu isyarat mengenai keturunannya (bani Israel), dalam hubungan dengan bani Ismael, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. 

Secara singkat bisa dikatakan: Yakub, sekarang engkau adalah Israel, maknanya: Anak-anakmu pada akhirnya harus mengikuti anak Ismael, mengikuti Risalah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.  

Semoga bani Israel bisa ber-isra-el, melakukan pergumulan batin, sehingga isma-el, Allah mendengarnya, memberi hidayah, sehingga tidak hanya sampai shema/ syahadat tauhid, asyhadu allaa ilaaha illallaah, tapi juga sampai pada syahadat risalah, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah.

Jacob! Now, You're Israel... Your Sons... Should Follow Son of Ismael, Prophet Muhammad PBUH.

Tidak ada komentar: